Jumat, 23 Januari 2009

Mitos Unik Seputar Piring Terbang


Pernah lihat piring terbang? pasti...! Oke lanjutkan aja membacanya, monggo..

Mitos Unik Seputar Piring Terbang


Piring terbang lazimnya digambarkan sebagai pesawat terbang berbentuk simbal, cakram, atau dua piring yang saling menutup. Pesawat tersebut sering diidentikkan dengan misteri UFO (Unidentified Flying Object) atau benda terbang tak dikenal.




Kisah Dewa-dewa

Sejak dulu piring terbang dianggap sebagai mitos, salah satunya berasal dari cerita rakyat Cina. Dalam cerita Journey to the West terdapat suatu episode yang menceritakan kera sakti bertarung dengan siluman raja kera. Raja kera mencuri simbal raksasa milik Budha Matria. Dalam suatu pertarungan, siluman kera menantang si kera sakti untuk masuk ke simbal tersebut. Mereka membuat perjanjian, kalau kera sakti bisa keluar dari situ setelah memasukinya, maka si siluman kera akan mengaku kalah. Tapi kalau ia tidak bisa keluar, ia harus rela menyerahkan gurunya, Bhiksu Tong, untuk dijadikan santapan si siluman. Karena kera sakti menganggap remeh kekuatan simbal tersebut, ia pun serta-merta menerima tantangan itu. Tak disangka, setelah ia memasuki simbal, ia sangat kesulitan untuk keluar kembali. Dengan dibantu dua adik seperguruannya, berbagai cara pun ditempuh, namun tak juga berhasil. Kera sakti pun hampir putus asa, dan ingin meminta bantuan Budha Matria di kahyangan. Masalahnya, bagaimana cara membawa serta simbal raksasa tersebut terbang ke sana.

Manakala ia melihat keringatnya mulai menguap, kera sakti pun mendapat ide. Ia meminta adiknya memanggil Dewa Api. Lalu ia menyuruh Dewa Api untuk membakar simbal yang memenjarakannya, terus-menerus. Di dalam simbal tersebut, kera sakti merasa sangat kepanasan, dan bercucuranlah keringatnya. Keringat-keringat itu lalu menguap, dan terus menguap. Uap-uap itu kemudian dikumpulkan kera sakti, agar bisa membentuk awan. Setelah awan telah banyak terkumpul, kera sakti menggunakannya untuk terbang ke langit, bersama dengan simbal yang memenjarakannya. Kebetulan sekali, ia melewati awang-awang suatu pasar yang ramai. Orang-orang heran melihat sebuah simbal raksasa terbang dengan sangat cepat, sehingga dari situlah timbul mitos piring terbang.

Keajaiban

Paruh kedua abad 20, polemik tentang piring terbang mencuat. Fenomena tersebut terlihat sangat meyakinkan. Ratusan bahkan ribuan orang pernah menyaksikannya di berbagai tempat berbeda di belahan bumi ini, dengan atau tanpa kesadaran. Bahkan ada komunitas yang menganggap itu bukan sekadar mitos. Kelompok Islam konservatif sebagian menganggap bahwa piring terbang adalah kendaraan pasukan Dajjal yang akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan manusia di zaman akhir. Dalam Dajjal dan Kemisteriusan Segitiga Bermuda, Muhammad Isa Daud menghubungkan fenomena piring terbang dengan kemisteriusan Segitiga Bermuda. Segitiga Bermuda dikatakan sebagai markas besar pasukan Dajjal, tempat mereka menambatkan piring terbang mereka. Setiap ada benda asing yang melewati kawasan tersebut, misalnya kapal, pesawat terbang, bahkan rudal, akan ditangkap tentara Dajjal dan hilang ditelan laut. Faktanya memang telah banyak kapal yang karam, pesawat yang jatuh, dan rudal hilang, ketika melewati kawasan Segitiga Bermuda. Dan hal itu diklaim sebagai bukti kebenaran pendapatnya.

Usulan yang sangat bertolak belakang diungkapkan kelompok rasional. Kelompok ini menganggap piring terbang itu tidak benar-benar ada. Fenomena itu hanyalah halusinasi, demikian kata mereka, yakni ilusi-ilusi bawah sadar para pengamat. Bisa jadi apa yang dilihat, dipotret, direkam, dan yang didokumentasikan dengan cara apapun, hanya objek-objek mirip piring terbang. Misalnya balon udara yang berisi satelit pengintai milik badan inteligen, partikel-partikel udara yang memusar, dan sebagainya. Mereka bersikukuh tak mau percaya begitu saja terhadap fenomena tersebut, sebelum mereka betul-betul bisa menjelaskannya. Jadi, tradisi mitos masih dipertahankan.

Salah satu pendapat yang paling populer bahwa piring terbang adalah kendaraan makhluk luar angkasa, yang disebut alien. Alien-alien berasal dari peradaban lain di luar bumi, yang diyakini memiliki penguasaan teknologi yang jauh melampaui penguasaan teknologi manusia. Dan salah satu teknologi yang membuat katrok manusia adalah piring terbang.

Sekarang coba bayangkan alam dengan segala keluasannya! Alam adalah objek sains yang sangat kompleks. Struktur dan keluasannya yang sungguh luar biasa membuat manusia yang bertempat di sebuah planet kecil di pedalaman semesta beranggapan bahwa alam ini hanyalah sebatas yang kita tempati dan yang kita lihat di langit. Kalaupun ada benda-benda lain di luar angkasa, mereka semua berpusat pada bumi kita. Anggapan ini lahir pada saat-saat awal bangkitnya peradaban ilmiah. Oleh Aristoteles, hipotesis tersebut dianggap fakta sebelum mereka benar-benar membuktikannya. Pandangan yang menganggap bumi sebagai pusat semesta selanjutnya disebut Geosentrisme. Dengan pengukuhan institusi gereja, teori ini dapat bertahan hingga ribuan tahun selanjutnya.

Sains Modern

Pada abad modern, manusia baru menyadari kalau alam ini tak sesederhana dugaan mereka. Bumi adalah salah satu dari sembilan planet (atau lebih) yang mengorbit matahari. Matahari adalah salah satu dari tak kurang 100 miliar bintang yang melingkupi galaksi Bimasakti. Dan Bimasakti adalah salah satu dari sekian ribu galaksi yang meliputi suatu gugus atau cluster galaksi. Dan bahkan gugus tersebut pun merupakan salah satu dari sekian juta kelompok benda langit yang sama dalam suatu tatanan yang lebih besar lagi, dan begitu seterusnya. Melihat fakta ini, apakah kita akan memungkiri kebesaran dan keluasan alam semesta ciptaan Tuhan? Apakah masuk akal kalau alam raya yang demikian dahsyat ini hanya terdapat “manusia” saja sebagai pengelolanya?

Sekarang bayangkan apabila dalam setiap galaksi yang ada di jagat raya ini terdapat satu saja planet yang mirip dengan bumi. Apabila jagat raya memiliki galaksi sampai dengan miliaran jumlahnya, maka seharusnya terdapat miliaran pula jenis makhluk yang mirip dengan manusia. Itulah alien. Itu pun kalau kehidupan digeneralisasikan bahwa kehidupan di luar bumi seperti kehidupan di bumi.

Alquran menyatakankan bahwa manusia hanyalah pengelola bumi: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS. 2:30)”.

Oleh karena itu, alien seharusnya ada. Peradaban mereka diyakini telah jauh melampaui peradaban manusia. Salah satu indikasinya, mereka telah mampu membuat kendaraan lintas bintang dan galaksi, yang disebut piring terbang, sesuatu yang sama sekali belum bisa dikerjakan manusia.

Mengapa para alien itu tidak menyerang manusia dan memusnahkannya? Beberapa orang sepakat bahwa semakin tinggi pencapaian suatu peradaban, maka akan semakin tinggi pula kesadaran komunitasnya untuk menghindari permusuhan, peperangan, penghancuran, dan pengrusakan. Di negara-negara yang belum begitu maju, sering ditemukan tindakan-tindakan pengrusakan ekosistem, penebangan hutan, perburuan liar, membuang sampah dan limbah sembarangan, dan sebagainya. Orang yang lebih beradab akan lebih mengetahui apa akibatnya apabila melakukan tindakan-tindakan seperti itu.

Dalam perikehidupan alien, naluri untuk menguasai dengan cara menghancurkan telah dianggap sangat buruk. Oleh karena itu, sebisa mungkin mereka menjaga dan melestarikan setiap kehidupan yang ditemui dalam setiap penjelajahan mereka, termasuk kehidupan manusia di planet bumi ini. Sepertinya mereka hanya menganggap manusia sebagai makhluk tak berdaya yang patut dilindungi, sama seperti ketika kita memandang binatang-binatang langka, monyet misalnya. Ironi, jika manusia menganggap diri sebagai makhluk paling cerdas dan termulia di seantero semesta ini. Pernyataan berbagai kitab suci: Alquran, Injil, Mazmur, dan Taurat, telah melegalisasi anggapan itu. Sesungguhnya Tuhan telah menciptakan kita dalam kesempurnaan, namun kesempurnaan itu tak akan benar-benar sempurna tanpa upaya untuk memperbaiki diri dalam mencapai kebudayaan dan peradaban tertinggi.




netsains.com

2 komentar:

  1. salam kenal.
    wahh..apa masih ada ya piring etrbang di zaman sekarang ini???
    PBA

    BalasHapus
  2. Walaupun tak ada,tapi semwmang nya dah ada dalam zaman tamaddun Nabi Sulaiman a.s. Tak percaya,baca quran dalam bahasa Arab kerana mudah di faham.

    BalasHapus

SEKEDAR SARAN, Mohon Gunakan Name/Url Agar Ada Link BalikNya.